SAMPEL DAN POPULASI PENELITIAN
In this section, i will share to you about sample and population. this is in power point, please give attention for this one. hope this can help you to understand about sample and population.
coure of study : Metodologi Penelitian Pendidikan
meeting : 2 (two our discussion, where in 1 meeting we are discussion about journal synthesis)
Penulis Makalah : Rahmi dan Riwayani
Table 2 Ukuran Sampel untuk data
kategori dan data kontinu
Teknik sampling daerah
ini sering digunakan melalui dua tahap yaitu tahap pertama menentukan sampel
daerah dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu
secara sampling juga. Teknik ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
coure of study : Metodologi Penelitian Pendidikan
meeting : 2 (two our discussion, where in 1 meeting we are discussion about journal synthesis)
Penulis Makalah : Rahmi dan Riwayani
SAMPEL DAN POPULASI
MAKALAH
METODOLOGI
PENELITIAN PENDIDIKAN
(POPULASI
DAN SAMPEL)
![]() |
PEMAKALAH:
RIWAYANI
RAHMI
PUTRI Z
DOSEN
PENGAMPU:
Dr.
Drs. Edi Istiyono, M.Si
PROGRAM
PASCA SARJANA PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
SEPTEMBER,
2017
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................
COVER........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
1.2 Tujuan……............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Populasi..................................................................................................... 3
2.2
Sampel...................................................................................................... 4
2.3
Ukuran Sampel......................................................................................... 5
2.4
Kesalahan Sampling.................................................................................. 8
2.5
Strategi Pengambilan Sampel................................................................. 11
2.5.1
Probability Sampling.................................................................. 11
2.5.2
Non-Probability Sampling......................................................... 17
2.5.3
Perencanaan Strategi Sampling.................................................. 21
2.5.4
Perhitungan Besarnya Sampel................................................... 22
BAB III KESIMPULAN......................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 25
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap anak,
karena Pendidikan sebagai satu langkah untuk memajukan bangsa dan rakyatnya. Di
Indonesia yang merupakan negara berkembang, masih melakukan banyak peningkatan
kualitas Pendidikan baik dari sistem Pendidikan, konten Pendidikan, pendidik
dan sarana prasarana. Selain meningkatkan pendidikan, Indonesia juga
meningkatkan kemajuan teknologi, ekonomi, social, politik, pembangunan, dan alternative
penggunaan sumber daya alam. Dalam rangka meningkatkan dan memajukan kualitas
bangsa indonesia diperlukan banyak penelitian baik guru atau dosen, pihak
berwenang maupun mahasiswa terkait solusi permasalahan di indonesia, inovasi
terbaru dan penciptaan karya.Untuk menunjang penelitian tersebut, juga
diperlukan sebuah metodologi penelitian yang tepat agar menghasilkan informasi hasil
penelitian yang baik, tepat, benar dan sempurna. Metode penelitian secara umum
dibagi menjadi tiga yaitu: metode kuantitatif, metode kualitatif dan metode research and developmet (R&D)
(Sugiyono, 2012).
Dalam penelitian juga diperlukan populasi yang
merupakan objek/subjek tertentu yang digunakan untuk diteliti. Terkadang
karakteristik populasi yang dapat di teliti begitu banyak jumlahnya sehingga
peneliti terkendala pada waktu, biaya dan aksesibiltas untuk memperoleh seluruh
informasi populasi. Oleh Karena itu, peneliti dapat mengambil kelompok kecil
atau subset yang dapat mewakilkan dari seluruh populasi. Kelompok kecil atau subset tersebut dinamakan sampel. Namun,
peneliti terkadang masih terkendala dalam membuat keputusan menentukan jumlah
sampel yang dapat diambil dan dapat mewakili seluruh populasi. Untuk menangani
masalah ini dapat digunakan strategi sampling
(Teknik penarikan sampel). Oleh Karena itu, penulis akan menguraikan lebih
detail tentang populasi, sampel dan strategi sampling.
1.2 Tujuan
Tujuan
dalam makalah ini sebagai berikut :
1.
Menjelaskan pengertian dan macam-macam
populasi
2.
Menjelaskan pengertian sampel
3.
Menjelaskan konsep ukuran sampel
4.
Menjelaskan penyebab terjadinya bias (error) dalam penentuan sampel
5.
Menjelaskan bagaimana keterwakilan
sampel
6.
Menjelaskan langkah-langkah dalam
penentuan sampel (strategi sampling)
7.
Menjelaskan perencanaan dalam memilih
strategi sampling
8.
Melakukan perhitungan ukuran sampel
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Populasi
Batasan
penelitian yang mesti ada dan ditemui dalam setiap penelitian adalah Batasan
yang terkait dengan populasi penelitian (Sukardi 2003). Adapun pengertian
populasi menurut para ahli antara lain:
1)
Menurut
Sugiyono pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
2)
Populasi adalah sekelompok elemen atau
kasus, baik individu, objek, atau peristiwa, yang sesuai dengan kriteria
spesifik dan kemudian kita bermaksud
menggeneralisasi hasil penelitian(James H. MC Millan)
3)
Menurut arikunto, populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian.
4)
Menurut sudjana dan Ibrahim, populasi
berkaitan maknanya dengan elemen, yakni unit tempat diperolehnya informasi.
Populasi
pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa,
atau benda yang tinggal bersama dalam suatu tempat dan secara berencana menjadi
target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian (Sukardi 2003). Dari beberapa pendapat di atas maka
dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan sumber data penelitian yang
memiliki kriteria atau karakteristik tertentu yang kemudian dipelajari dan
dijadikan suatu kesimpulan.Menurut Margono (2009) Populasi digolongkan menjadi
dua jenis, yaitu:
1)
Populasi terbatas (definite) yaitu objek penelitiannya dapat dihitung,
seperti luas sawah, jumlah ternak, jumlah murid, dan jumlah mahasiswa.
2)
Populasi tak terbatas (infinite) yaitu objek penelitian yang mempunyai jumlah
yang tak terbatas, atau sulit dihitung jumlahnya; seperti pasir di pantai.
Disamping itu persoalan populasi bagi suatu
penelitian dapat dibedakan ke dalam sifat berikut ini:
1)
Populasi
yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang
sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara kuantitatif. Misalnya
seorang dokter yang akan melihat golongan darah seseorang, maka ia cukup
mengambil setetes darah saja.
2)
Populasi
yang bersifat heterogen, yakni populasi uang unsur-unsurnya memiliki sifat atau
keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif.
2.2 Sampel
Sampel
adalah bagian sari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (sugiyono, 2012. Kelompok
kecil yang diamati disebut sampel, dan kelompok yang lebih besar generalisasi
yang dibuat disebut sebagai
populasi.
Sampel adalah sebagian populasi. Misalnya, siswa Sekolah
Tinggi Washington di Indianapolis merupakan sampel siswa sekolah menengah
Amerika
(Louis Cohen, Lawrence Manion and Keith Morrison, 2007).
Bila
populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelakari semua yang ada pada
populasi, misalnya Karena keterbasatan dana, tenaga dan waktu, maka penelitia
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari
dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk
itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative
(mewakili) (sugiyono, 2012). Pengertian
sampel yang representative (wagiran, 2012 ) mengacu kepada hal-hal sebagai
berikut:
1.
Jumlahnya atau besarnya mencukupi
kebutuhan
2.
Teknik pengambilannya memperhatikan
karakteristik populasi yang akan menjadi wilayah generalisasi
3.
Sesuai dengan sifat penelitiannya
4.
Tingkat ketelitian, efesiensi dan
reliabilitas
5.
Signifikansi praktis dan signifikansi
statistic (sukamto,1995)
Adapun keuntungan Penelitian Menggunakan Sampel.
Suharsimi Arikunto (2010), Keuntungan penelitian menggunakan sampel :
1.
Karena subjek pada sampel lebih sedikit
dibandingkan dengan populasi, maka kerepotannya tentu berkurang.
2.
Apabila populasi terlalu besar, maka
dikhawatirkan ada yang terlewati.
3.
Dengan penelitian sampel akan lebih
efisien (uang, waktu, dan tenaga)
4.
Ada kalanya dengan penelitian populasi
berarti merusak.
5.
Lebih teliti dalam mengolah data
dibandngkan jika datanya populasi akan
lebih melelahkan.
6.
Ada kalanya memang tidak dimungkinkan
melakukan penelitian populasi.
2.3 Ukuran sampel (Sample Size)
Pertanyaan
yang sering mengganggu peneliti adalah seberapa besar sampel mereka untuk
penelitian. Ukuran sampel bergantung pada tujuan penelitian dan sifat populasi
dengan penelitian yang cermat. Semakin besar sampel semakin baik karena tidak
hanya memberi nilai reliabel yang semakin besar dan juga memungkinkan statistic
yang berpengalaman luas (Louis Cohen, Lawrence Manion and Keith Morrison, 2007). Jumlah anggota sampel sering dinyatakan
dengan ukuran sampel. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka
peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah
sampel mendekati populasi maka makin besar kesalahan generalisasi (sugiyono,
2012). Ketepatan dan pengambilan sampel merukan hal yang sangat penting dalam
penelitian. Ketepatan jenis dana jumlah anggota sampel yang diambil akan
mempengaruhi keterwakilan sampel terhadap populasi (Nana, 2006).
Secara
umum, untuk penelitian koreslasional jumlah sampel (n) sebanyak 30 individu
telah dipandang cukup besar, sedangkan dalam penelitian kausal komparatif dan
eksperimental 15 individu untuk setiap kelompok yang dibandingkan dipandang
sudah cukup memadai. Untuk penelitian suvei sampel sebanyak 100 individu untuk
seluruh sampel baru di pandang cukup memadai, sedangkan untuk kelompok-kelompok
sampel berkisar antara 20-50 individu (Nana, 2006). Persyaratan minimaljumlah individu untuk memeriksa
hubunganantara subkelompok, peneliti harus mendapatkanUkuran sampel minimum
yang akan mewakili populasi secara akuratmenjadi sasaran.
Karena sampel yang besar belum tentu mewakili populasi dan begitu juga sampel
yang ukurannya kecil (Louis Cohen, Lawrence Manion and Keith Morrison, 2007).
Selanjutnya
ukuran sampel bergantung pada jenis analisis yang dilakukan, beberapa tes
statistik memerlukan ukuran sampel yang besar (Louis Cohen, Lawrence Manion and
Keith Morrison, 2007). Dan terdapat
beberapa kondisi yang memerlukan ukuran sampel besar (Nana, 2006):
a.
Jika terdapat sejumlah variable yang
tidak bisa dikontrol seperti kecerdasan, kematangan, jenis kelamin, latar
belakang social ekonomi dan lain-lain.
b.
Jika dalam penelitian terantisipasi
adanya hubungan atau perbedaan yang kecil
c.
Jika dalam penelitian dibentuk
kelompok-kelompok keci misalnya dalam penelitian eksperimental
d.
Menghindari penyusutan untuk penelitian
jangka waktu panjang
e.
Jika diharapkan syarat-syarat keabsahan
secara statistic dipenuhi
f.
Jika dalam penelitian dihadapkan pada
populasi yang sangat heterogen.
g.
Jika reliabilitas dari variable bebas
tidak terjamin misalnya Karena karakteritik variable itu sendiri.
Karena tujuan sampel mendeskripsikan dari suatu populasi untuk mendapatkan informasi mengenai
populasi tersebut, sangat penting bahwa individu yang termasuk dalam sampel
merupakan perwakilan individu dalam populasi. Sampel harus representatif jika
Anda ingin menggeneralisasi dengan rasional dari sampel ke populasi. Misalnya, peneliti mungkin
berasumsi bahwa siswa di Washington High School mewakili remaja Amerika. Namun,
sampel ini mungkin tidak representatif jika individu yang termasuk memiliki
beberapa karakteristik yang berbeda dari populasi sasaran. Lokasi sekolah
mereka, latar belakang sosial ekonomi mereka, situasi keluarga mereka,
pengalaman mereka sebelumnya, dan banyak karakteristik lain dari kelompok ini
dapat membuat mereka tidak representatif terhadap remaja Amerika. Sampel yang
tidak representatif disebut sampel bias. Temuan pada sampel bias dalam sebuah
penelitian tidak dapat secara sah digeneralisasi ke populasi dari mana
pengambilannya dilakukan. Misalnya, jika populasi yang diminati adalah semua
siswa di sebuah distrik sekolah perkotaan tertentu, namun para peneliti hanya
mengambil sampe siswa dari dua sekolah di kabupaten tersebut, sampelnya akan
menjadi bias (Donald Ary, Lucy Cheser Jacobs and Christine K.
Sorensen, 2010).
Table 1Sample
Size, Confidence Levels dan Confidence Intervals
untuk Sampel Acak


2.4 Kesalahan Sampling (error sampling)
Jika banyak sampel diambil dari populasi yang sama, tidak mungkin mereka semua memilikikarakteristik identik satu sama lain atau denganpopulasi;sarana mereka akan berbeda. Maka danya kesalahan sampling (Louis Cohen, Lawrence Manion and Keith Morrison, 2007). Beberapa kesalahan sampling selalu dapat diharapkan bila mean sampel digunakan untuk memperkirakan mean populasi (Donald Ary, Lucy Cheser Jacobs and Christine K. Sorensen, 2010).Kesalahan samplingBelum tentu hasil dari kesalahan yang dilakukandalam prosedur sampling. Sebaliknya, variasi mungkinterjadi karena pilihan kesempatan individu yang berbeda. Misalnya, jika kita ambil jumlah sampel yang besardari populasi dandiukur nilai rata-rata dari masing-masing sampel, berarti sampel tidak akan identik. Beberapaakan relatif tinggi, beberapa relatif rendah, danbanyak akan berkerumun di sekitar nilai rata-rata atau rata-ratadari sampel.
Bila kesimpulan dibuat dari sampel ke populasi, sejumlah kesalahan terjadi karena sampel acak dapat diperkirakan bervariasi dari satu ke yang lain. Skor kecerdasan rata-rata satu sampel acak dari siswa kelas empat mungkin akan berbeda dari nilai kecerdasan rata-rata dari sampel acak dari siswa kelas empat lain dari populasi yang sama. Perbedaan tersebut, yang disebut kesalahan sampling, diakibatkan oleh fakta bahwa peneliti hanya mengamati sampel dan bukan keseluruhan populasi. Kesalahan sampling adalah "perbedaan antara parameter populasi dan statistik sampel." Misalnya, jika Anda mengetahui rata-rata keseluruhan populasi (melambangkan μ) dan juga mean sampel acak (melambangkan X) dari populasi tersebut, perbedaannya antara kedua (X - μ) mewakili kesalahan sampling (dilambangkan e). Jadi, e = X - μ. Misalnya, jika Anda tahu bahwa nilai kecerdasan rata-rata untuk populasi 10.000 siswa kelas empat adalah μ = 100 dan sampel acak tertentu 200 memiliki mean X = 99, maka kesalahan samplingnya adalah X - μ = 99 - 100 = -1. Karena kita biasanya bergantung pada statistik sampel untuk memperkirakan parameter populasi, pengertian tentang bagaimana sampel diharapkan bervariasi dari populasi adalah elemen dasar dalam statistik inferensial. Namun, alih-alih mencoba untuk menentukan perbedaan antara statistik sampel dan parameter populasi (yang tidak sering diketahui), pendekatan dalam statistik inferensial adalah untuk memperkirakan variabilitas yang dapat diharapkan dalam statistik dari sejumlah sampel acak yang berbeda yang diambil dari populasi yang sama. Karena masing-masing statistik sampel dianggap sebagai perkiraan parameter populasi yang sama, variasi antara statistik sampel harus dikaitkan dengan kesalahan sampling (Donald Ary, Lucy Cheser Jacobs and Christine K. Sorensen, 2010).
Dengan menggambar sejumlah besar Ukuran sampel yang samadari suatu populasi, kita membuat samplingdistribusi. Kita bisa menghitung kesalahan yang terjadidalam sampling . Standar deviasi teoritisdistribusi mean sampel adalah ukurankesalahan sampling dan disebut kesalahan standardari mean (SEM). Demikian,

dimana SDS = deviasi standar sampeldan N = jumlah sampel.Sebenarnya, formula untuk standarkesalahan mean adalah:

dimana SDpop = standar deviasi daripopulasi.
Distribusi sampel menunjukkan penyebarannyadari pilihan sampel sekitarmean populasi

Gambar
1 Distribusi Sampel
Namun, karena kita biasanya tidak bisa memastikanSD dari total populasi, standar deviasidari sampel digunakan sebagai gantinya. Kesalahan standardari mean memberikan perkiraan terbaik darikesalahan sampling Jelas, kesalahan sampling tergantungpada variabilitas (yaitu heterogenitas) dipopulasi yang diukur dengan SDpop dan jugaukuran sampel (N) (Rose dan Sullivan 1993: 143).Semakin kecil SDpop semakin kecil kesalahan samplingnya; semakin besar N, semakin kecil kesalahan samplingnya. Dimana SDpop sangat besar, maka Nharus sangat besar untuk melawannya. DimanaSDpop sangat kecil, maka N juga bisa kecildan masih memberikan kesalahan sampling yang cukup kecil.Karena ukuran sampel meningkatkan kesalahan samplingmenurun. Hopkins dkk. (1996: 159) mengemukakan bahwa,kecuali ada beberapa distribusi yang sangat tidak biasa,sampel dari dua puluh lima atau lebih biasanya menghasilkan distribusi sampling normal rata-rata.
(Louis Cohen, Lawrence Manion and Keith Morrison, 2007)
2.5 Strategi Pengambilan sampel (Sampling Strategy)
Ada dua metode pengambilan sampel (Cohen dan Holliday 1979; 1982; 1996; Schofield 1996) yaitu probabilitas (sampel acak) atau sampel non-probabilitas. Sampel probabilitas, karena diambil secara acak dari populasi yang lebih luas, akan berguna jika peneliti ingin dapat membuat generalisasi, karena ia mencari keterwakilan dari populasi yang lebih luas. Ini juga memungkinkan tes two tail untuk diberikan dalam analisis statistik data kuantitatif. Di sisi lain, sampel non-probabilitas dengan sengaja menghindari populasi yang lebih luas; ia hanya ingin mewakili kelompok tertentu, bagian tertentu dari populasi yang lebih luas, seperti kelas siswa, sekelompok siswa yang mengikuti ujian tertentu. Sampel probabilitas akan memiliki risiko bias yang lebih sedikit daripada sampel non-probabilitas, sedangkan sampel non-probabilitas, yang tidak mewakili keseluruhan populasi, dapat menunjukkan kemiringan atau bias (Untuk jenis sampel ini, tes satu-ekor dalam memproses data statistik.) Ini bukan untuk mengatakan bahwa yang pertama bebas dari bias; masih ada kemungkinan kesalahan sampling dalam sampel probabilitas (Louis Cohen, Lawrence Manion and Keith Morrison, 2007). Teknik sampling pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan non-probability sampling (Sugiyono, 2012).
2.5.1 Probability Sampling
Pengambilan sampel
probabilitas didefinisikan sebagai jenis sampling dimana setiap elemen dalam
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Kemungkinan penyertaan
setiap elemen populasi dalam pengambilan sampel semacam ini terjadi secara
kebetulan dan dicapai melalui seleksi acak. Ketika sampling probabilitas
digunakan, statistik inferensial memungkinkan peneliti untuk memperkirakan
sejauh mana temuan sampel berdasarkan yang cenderung berbeda dari mereka
temukan dengan mempelajari keseluruhan populasi. Keempat jenis sampling
probabilitas yang paling sering digunakan dalam penelitian pendidikan adalah simple random sampling, systematic sampling, random
stratified sampling, cluster sampling, stage
sampling danmulti-phase sampling.
(Louis Cohen, Lawrence Manion and Keith Morrison,
2007)
A.
Simple
Random Sampling
Dalam pengambilan
sampel acak sederhana, setiap anggota populasi yang diteliti memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih dan probabilitas anggota populasi yang
dipilih tidak terpengaruh oleh pemilihan anggota populasi lainnya, yaitu setiap
seleksi sepenuhnya independen terhadap berikutnya. Metode ini melibatkan
pemilihan secara acak dari daftar populasi (kerangka sampling) jumlah subyek
yang dibutuhkan untuk sampel (Louis Cohen, Lawrence Manion and
Keith Morrison, 2007).Langkah-langkah
dalam pengambilan sampel acak sederhana terdiri dari:
1.
Tentukan populasi.
2.
Daftar
semua anggota populasi.
3.
Pilih
sampel dengan menggunakan prosedur dimana kesempatan belaka menentukan anggota
mana yang masuk dalam daftar diambil untuk sampel.
Langkah pertama
dalam menggambar sampel acak dari populasi adalah dengan menetapkan setiap
anggota populasi sebuah nomor identifikasi yang berbeda. Mari kita gambarkan
prosedur ini dengan menunjukkan bagaimana mendapatkan sampel 50 siswa dari
populasi yang menghadiri Washington High School. Pertama, Anda perlu menghitung
semua individu dalam populasi. Kantor kepala sekolah bisa menyediakan daftar
semua siswa yang terdaftar di sekolah tersebut. Untuk tujuan identifikasi, Anda
kemudian akan menetapkan nomor ke setiap individu dalam populasi. Jika ada 800
siswa di sekolah, Anda menggunakan nomor 000, 001, 002, 003,. . . , 799 untuk
tujuan ini. Setiap individu harus memiliki nilai identifikasi dengan jumlah
digit yang sama seperti setiap individu lainnya. Banyak sekolah telah
menetapkan nomor identifikasi untuk semua murid mereka. Salah satu cara untuk
menggambar sampel acak adalah dengan menuliskan nomor siswa pada selembar
kertas yang terpisah, letakkan potongan kertas dalam wadah, goyangkan wadahnya,
dan lepaskan secarik kertas. Kocok wadah lagi, keluarkan kertas lain, dan
lanjutkan prosesnya sampai 50 lembar kertas diambil. Proses ini akan sangat
membosankan. Cara yang lebih sistematis untuk mendapatkan sampel acak adalah
dengan menggunakan tabel bilangan acak, yang mencakup serangkaian angka,
biasanya empat sampai enam digit panjangnya, disusun dalam kolom dan baris
(lihat Tabel dibawah ini) .
Table 3 Nomor Acak

Mari kita gambarkan
bagaimana menggunakan tabel bilangan acak. Dengan daftar 800 siswa kami dalam
populasi, kami akan menggunakan tabel untuk mendapatkan angka tiga digit
masing-masing, hanya menggunakan angka yang kurang dari atau sama dengan 799.
Untuk setiap nomor yang dipilih, anggota populasi yang sesuai jatuh ke dalam contoh.
Lanjutkan proses sampai jumlah yang diinginkan untuk sampel telah dipilih -
dalam kasus ini, 50 nomor pertama yang memenuhi kriteria.
Kita mulai dengan
memilih secara acak titik awal dalam tabel. Anda dapat melakukan ini dengan
menutup mata dan meletakkan jari Anda di halaman, atau Anda dapat menggunakan
prosedur yang merupakan cara yang benar-benar acak untuk masuk ke meja.
Pertama, gulung mati untuk menentukan halaman mana yang akan digunakan. Kami
menggulung 3, jadi kami menarik halaman ketiga dari tabel nomor acak. Kemudian
kita catat dua digit terakhir dari nomor seri pada uang dolar. Mereka adalah
03, jadi kita pergi ke baris 3. Kemudian kita mengambil dua digit terakhir dari
sebuah tagihan dolar kedua, yaitu 22, membawa kita ke persimpangan baris 3 dan
kolom 22. Perpotongan dari baris dan kolom adalah lokasi nomor acak pertama
Karena populasi kita adalah 800, kita hanya akan melihat tiga digit pertama
angka di tabel. Jika populasinya 1500, kita akan melihat empat digit pertama.
Dalam contoh kita, kita bisa menggunakan tiga digit pertama atau tiga terakhir;
kami telah memilih untuk menggunakan tiga yang pertama. Tiga digit pertama dari
persimpangan itu adalah 403, jadi individu dengan nomor 403 ada dalam sampel.
Karena digit dalam tabel acak, angka tersebut dapat digunakan secara vertikal
di kedua arah atau horizontal di kedua arah. Anda harus menentukan arah yang
akan Anda gunakan sebelum memasuki meja dan menggunakannya secara konsisten.
Jumlah yang tersisa akan ditempatkan dengan bergerak ke arah yang ditentukan.
Jika kita telah memutuskan untuk bergerak secara vertikal, tiga digit
berikutnya adalah 497, 243, 262, 782, dan di bawah kolom melalui 351. Nomor
berikutnya adalah 995, yang lebih besar dari 799 (ukuran sampel) jadi kita akan
Lewati saja dan bergerak ke bawah, memilih angka lebih kecil dari 799. Kami
telah menyoroti angka di kolom yang akan dipilih. Anda kemudian akan pindah ke
kolom berikutnya dan melanjutkan prosesnya sampai Anda memiliki 50 nomor acak
kurang dari 799.
Anda akan mengharapkan
sampel acak untuk mewakili sampel populasi sasaran. Namun, pilihan acak,
terutama dengan sampel kecil, tidak benar-benar menjamin sampel yang akan
mewakili populasi dengan baik. Pemilihan acak menjamin bahwa perbedaan antara
sampel dan populasi induk hanya merupakan fungsi kebetulan dan bukan hasil dari
bias peneliti.
Ketika pengambilan
sampel acak digunakan, peneliti dapat menggunakan statistik inferensial untuk
memperkirakan berapa populasi cenderung berbeda dari sampel.
(Donald Ary, Lucy Cheser Jacobs and
Christine K. Sorensen, 2010)
B.
Systematic Sampling
Metode ini merupakan bentuk modifikasi simple random sampling. Ini melibatkan pemilihan subyek dari daftar populasi secara sistematis dan bukan acak. Misalnya, jika dari populasi, katakanlah, 2.000, sampel 100 diperlukan, maka setiap orang kedua puluh dapat dipilih. Titik awal pemilihan dipilih secara acak. Seseorang dapat memutuskan seberapa sering melakukan pengambilan sampel secara sistematis dengan statistik sederhana - jumlah populasi yang lebih luas yang ditunjukkan dibagi dengan ukuran sampel yang dibutuhkan:

f = interval frekuensi
N = jumlah populasi yang lebih luas
sn = jumlah yang dibutuhkan dalam sampel
Mari kita katakan bahwa peneliti bekerja dengan sekolah yang terdiri dari 1.400 siswa; dengan melihat tabel ukuran sampel (tabel Sample size, confidence levels and confidence intervals for random samples) yang diperlukan untuk sampel acak dari 1.400 siswa ini, kita melihat bahwa 302 siswa diminta untuk berada dalam sampel. Oleh karena itu interval frekuensi (f) adalah:
(sekitar sampai dengan 5.0)
Oleh karena itu peneliti akan memilih setiap nama kelima dalam daftar kasus. Proses seperti itu, tentu saja, mengasumsikan bahwa nama-nama dalam daftar itu sendiri telah terdaftar secara acak.
(Louis
Cohen, Lawrence Manion and Keith Morrison, 2007)
C.
Random Stratified Sampling
Bila populasi
terdiri dari sejumlah subkelompok, atau strata, yang mungkin berbeda dalam
karakteristik yang diteliti, seringkali diinginkan untuk menggunakan suatu
bentuk sampling probabilitas yang disebut stratified sampling. Misalnya, jika
Anda melakukan pemungutan suars yang dirancang untuk menilai pendapat mengenai masalah
politik tertentu, mungkin disarankan untuk membagi populasi menjadi subkelompok
berdasarkan usia, lingkungan, dan pekerjaan karena Anda mengharapkan pendapat
berbeda secara sistematis di antara berbagai usia, lingkungan, dan kelompok
kerja. Dalam sampel stratified, Anda pertama kali mengidentifikasi strata ketertarikan dan kemudian secara acak mendeskripsikan sejumlah subjek spesifik dari setiap lapisan. Dasar
stratifikasi dapat bersifat geografis atau mungkin melibatkan karakteristik
populasi seperti pendapatan, pekerjaan, jenis kelamin, usia, tahun di perguruan
tinggi, atau tingkat pengajaran. Dalam mempelajari remaja, misalnya, Anda
mungkin tertarik tidak hanya dalam mengamati sikap remaja terhadap fenomena
tertentu, tetapi juga membandingkan sikap remaja yang tinggal di kota-kota
kecil dengan mereka yang tinggal di kota-kota ukuran menengah dan besar. Dalam
kasus seperti itu, Anda akan membagi populasi remaja menjadi tiga kelompok
berdasarkan ukuran kota atau kota tempat mereka tinggal dan kemudian secara
acak memilih sampel independen dari setiap lapisan.
Keuntungan dari
stratified sampling adalah memungkinkan peneliti juga mempelajari perbedaan
yang mungkin ada di antara berbagai subkelompok suatu populasi. Dalam jenis
sampling ini, Anda bisa mengambil jumlah yang sama dari setiap lapisan atau
memilih sebanding dengan ukuran strata dalam populasi. Bila populasi yang
dijadikan sampel tidak homogen namun terdiri dari beberapa subkelompok,
sampling stratifikasi dapat memberikan sampel yang lebih representatif daripada
simple random sampling. Keuntungan utama dari stratified sampling adalah bahwa
ia menjamin representasi kelompok yang didefinisikan dalam populasi.
(Donald Ary, Lucy Cheser Jacobs and
Christine K. Sorensen, 2010)
D.
Cluster
Sampling
Teknik sampling
daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan di teliti atau
sumber data yang sangat luas, missal penduduk dari suatu negara, propinsi atau
kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka
pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditentukan.
Misalnya di Indonesia terdpaat 30 propinsi dan sampelnya akan menggunakan 15
propinsi maka pengambilan 15 propinsi itu dilakukan dengan random. Tetapi perlu
diingat, Karena propinsi di Indonesia itu berstrata (tidak sama) maka
pengambilan sampelnya menggunakan Stratified
Random Sampling. Propinsi di Indonesia ada yang penduduknya padat dan ada
yang tidak, ada yang banyak hutan dan ada yang tidak, ada yang kaya bahan
tambang dan ada yang tidak. Karakteristik yang seperti ini perlu diperhatikan
sehingga pengambilan sampel menurut strata populasi itu dapat ditetapkan.

Gambar 2 Teknik Cluster Sampling
(Sugiyono, 2012)
2.5.2 Non-Probability Sampling
Selektivitas yang dibangun menjadi sampel yang tidak
mungkin diperoleh dari peneliti yang menargetkan kelompok tertentu, dengan
pengetahuan penuh bahwa hal itu tidak mewakili populasi yang lebih luas; itu
hanya mewakili dirinya sendiri. Hal ini sering terjadi pada penelitian berskala
kecil, misalnya, dengan satu atau dua sekolah, dua atau tiga kelompok siswa,
atau kelompok guru tertentu, di mana tidak ada usaha untuk menggeneralisasi
yang diinginkan; Hal ini sering
terjadi pada beberapa riset etnografi, penelitian tindakan atau penelitian
studi kasus.Ada beberapa jenis sampel non probabilitas: convenience sampling, quota sampling, sampling dimensional, purposive
sampling dan snowball sampling.
Setiap jenis sampel berusaha hanya untuk mewakili dirinya sendiri atau kejadian
itu sendiri dalam populasi yang sama, daripada mencoba untuk mewakili
keseluruhan populasi(Louis Cohen, Lawrence Manion and Keith
Morrison, 2007).
A.
Convenience
Sampling
Convenience
sampling, yang dianggap sebagai prosedur sampling terlemah, melibatkan penggunaan
kasus yang tersedia untuk penelitian. Sampel kenyamanan mungkin merupakan
strategi sampling yang dipilih untuk studi kasus atau serangkaian studi
kasus.Peneliti hanya memilih sampel dari mereka yang memiliki akses mudah(Louis
Cohen, Lawrence Manion and Keith Morrison, 2007).Wawancara dengan individu pertama yang Anda temui di
kampus, menggunakan kelas sarjana yang besar, dengan menggunakan siswa di kelas
Anda sendiri sebagai sampel, atau meminta relawan untuk diwawancarai dalam
penelitian survei adalah berbagai contoh convenience sampling. Tidak ada cara
(kecuali dengan mengulangi penelitian dengan menggunakan probability sampling)
untuk memperkirakan kesalahan yang diperkenalkan oleh prosedur convenience
sampling. Probabilitas sampling adalah ideal, namun dalam prakteknya,
convenience sampling mungkin semuanya tersedia bagi peneliti. Dalam kasus ini,
sampel convenience
mungkin lebih baik daripada tidak sama sekali. Jika Anda menggunakan
convenience sampling, berhati-hatilah dalam menafsirkan temuan dan ketahuilah
bahwa Anda tidak dapat menggeneralisasi temuan(Donald Ary,
Lucy Cheser Jacobs and Christine K. Sorensen, 2010).
B.
Quota
Sampling
Pada Teknik ini peneliti menentukan besarnya jumlah
responden untuk menjadi anggota sampel. Mereka menemui dan mengambil data yang
diperlukan sampai jumlah yang ditentukan tercapai. Teknik sampling ini banyak
digunakan di dunia pers misalnya mereka ingin mendapakan tingkat popularitas
seorang pemimpin, mereka ingin mengetahui kinerja suatu badan yang dibentuk
pemerintah dan sebagainya. Dalam kasus kewartawanan, mereka biasanya
menggunakan jasa telepon atau alat-alat lainnya yang praktis untuk bertemu dan
bertanya dengan responden (Sukardi, 2003).
Sangat mudah untuk
menentukan jumlah minimum yang diperlukan dalam sampel kuota. Mari kita katakan
bahwa jumlah siswa di sebuah sekolah adalah 1.700, yang dibuat demikian:
Pertunjukan seni 300 siswa
Ilmu alam 300 siswa
Humaniora 600 siswa
Ilmu Bisnis dan Ilmu Sosial 500 orang
Proporsi 3: 3: 6:
5, minimal 17 siswa mungkin diperlukan (3 + 3 + 6 + 5) untuk sampel (Louis
Cohen, Lawrence Manion and Keith Morrison, 2007).
Berikut adalah langkah-langkah dalam quota sampling:
1.
Tentukan
sejumlah variabel, sangat terkait dengan pertanyaan yang sedang diteliti, untuk
digunakan sebagai basis stratifikasi. Variabel seperti jenis kelamin, usia,
pendidikan, dan kelas sosial sering digunakan.
2.
Dengan
menggunakan sensus atau data lain yang tersedia, tentukan ukuran masing-masing
segmen populasi.
3.
Hitung
kuota untuk setiap segmen populasi yang sebanding dengan ukuran masing-masing
segmen.
4.
Pilih
kasus khas dari setiap segmen, atau strata, populasi untuk mengisi kuota.
Kelemahan utama
sampling kuota terletak pada langkah 4, pemilihan individu dari setiap lapisan.
Anda tidak tahu apakah individu yang dipilih mewakili lapisan yang diberikan.
Pemilihan elemen kemungkinan didasarkan pada aksesibilitas dan kenyamanan. Jika
Anda memilih 25 persen rumah tangga di kota dalam untuk survei, Anda lebih
mungkin pergi ke rumah yang lebih menarik daripada bobrok, bagi mereka yang
lebih mudah dijangkau, ke tempat orang tinggal di rumah pada siang hari, dan
seterusnya. Prosedur semacam itu secara otomatis menghasilkan bias sistematis
dalam sampel karena unsur-unsur tertentu akan disalah-artikan. Selanjutnya, tidak ada dasar untuk menghitung
kesalahan yang terlibat dalam quota sampling.
(Donald Ary, Lucy Cheser Jacobs and
Christine K. Sorensen, 2010)
C.
Purposive
Sampling
Menurut Arikunto (2010), sampel bertujuan dilakukan
dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah
tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Walaupun cara ini diperbolehkan,
yaitu peneliti bisa menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada
syarat-syarat yang harus dipenuhi.
1)
Pengambilan sampel harus didasarkan atas
cirri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan cirri-ciri
pokok populasi.
2)
Subjek yang diambil sebagai sampel
benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang
terdapat pada populasi (key subjectis).
3)
Pnentuan karakteristik populasi
dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.
Contoh memilih sampel dengan bertujuan,
misalnya para peneliti memilih para pedagang tertentu untuk memperoleh informasi
tentang macam-macam harga barang, seorang peneliti memilih para guru SMK untuk
memilih informasi tentang efektivitas praktik disekolah. Mereka memilih
orang-orang tersebut sebagai sampel Karena peneliti mempunyai pertimbangan
profesioal yang kuat (Sukardi, 2003).
D.
Snowball
Sampling
Snowball sampling adalah Teknik penentuan sampel
yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang
menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel,
pertama-tama dipilih satu atau dua orang tetapi dengan dua orang ini belum
merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain
yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua
orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.
Misalnya akan meneliti siapa yangprovokator kerusuhan. Teknik pengambilan
sampel ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar
3 Snowball Sampling
(Sugiyono, 2012)
2.5.3
Perencanaan
strategi sampling (Planning of sampling
strategy)
Ada
beberapa tahapan di dalam perancanaan strategi sampling menurut Louis Cohen,
Lawrence Manion dan Keith Morrison (2007):
1.
Memutuskan apakah kamu memerlukan sebuah
sampel, atau apakah memungkinkan untuk meneliti seluruh populasi.
2.
Identifikasi populasi, karakteristik
yang penting (gambaran sampel) dan ukurannya
3.
Mengidentifikasi jenis strategi sampling
yang kamu butuhkan (jenis jenisnya; probability, non-probability, atau
campuran).
4.
Pastikan bahwa akses kepada sampel dapat
dilakukakan. Apabila tidak, bersiaplah untuk memodifikasi strategi sampling.
5.
Untuk probability sampling, tingkat
kepercayaan dan batas kepercayaan yang kamu butuhkan. Untuk non-probability
sampling, identifikasi orang yang kamu butuhkan di dalam sampel.
6.
Hitunglah jumlah sampel yang diperlukan,
pertimbangkan untuk keadaan non-respon, tidak lengkapnya respon dari sampel,
pengurangan atau ketidakhadiran sampel, dengan membuat jumlah lebih pada
sampel.
7.
Putuskan bagaimana cara mendapatka,
mengakses, dan menghubungi sampel (misalnya, iklan, surat, telepon, e-mail,
kunjungan secara langsung, menghubungi secara langsung/melalui teman).
8.
Siapkan untuk pengolahan/pengaturan
data, segera setelah data terkumpul.
2.5.4
Perhitungan
Besarnya Sampel
Sebelum dilakukan penelitian terhadap sampel,
maka kita perlu menentukan seberapa banyak sampel yang kita perlukan sehingga
dapat merepresentasikan populasi. Adapun secara teknik, jumlah sampel yang
dipilih berhubungan dengan berapa besar pada ketepatan yang diinginkan peneliti
(wagiran, 2015).Jumlah sampel yang terlalu banyak atau terlalu sedikit
dapat mengakibatkan masalah pada
penelitian. Adapun sampel yang baik adalah sampel yang mencerminkan kepada
populasi secara maksimal (representative).
Menurut wagiran (2015) Ada 4 faktor yang
harus diperhatikan dalam menentukan jumlah sampel dalam penelitian:
1.
Derajat keseragaman dari populasi. Makin
seragam populasi tersebut makin sedikit sampel yang perlu diambil.
2.
Presisi yang dikehendaki dari
penelitian. Makin tinggi presisi yang diinginkan maka semakin besar jumlah
sampel yang harus diambil.
3.
Rencana analisis.
4.
Tenaga, biaya, dan waktu.
Beberapa cara dalam menentukan ukuran sampel
serta pendapat para ahli tentang jumlah sampel yang disajikan sebagai berikut:
1.
Gay dan Diehl (1992), berpendapat bahwa
sampel harus sebanyak-banyaknya. Pendapat ini mengasumsikan semakin banyak
sampel diambil maka data semakin representative dan hasil dapat
digeneralisasikan. Namun ukuran sampel yang diterima akan sangat bergantung
pada jenis penelitiannya.
a.
Apabila penelitiannya bersifat
deskriptif maka sampel minimumnya adalah 10% dari jumlah populasi
b.
Penelitian yang bersifar koresional,
sampel minimum 30 subjek
c.
Penelitian kausal perbandingan sampelnya
sebanyak 30 subjek per grup
d.
Penelitian eksperimental, sampel minimum
15 subjek per grup
2.
Borg dan gall (1989) menyarankan jumlah
sampel dalam penelitian korelasional adalah 30 subjek, untuk penelitian causal
cooperative dan eksperimen 15-20 subjek tiap-tiap kelompok yang dibandingkan.
Untuk penelitian survey sampel minimal yang disarankan adalah 100 subjek untuk
tiap-tiap sub kelompok mayor dan 20-50 orang untuk setiap kelompok minor.
3.
Cohen (1997) dalam menentukan ukuran
sampel lebih mendasarkan pada jenis analisis data yang akan digunakan dalam
penelitian. Penentuan besarnya sampel minimum lebih banyak ditentukan oleh
aspek-aspek metodologisnya dari pada aspek representatifnya terhadap sampel.
Terdapat 4 faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan ukuran sampel,
yaitu: statistical power, significancy, directionality, dan effect size.
4.
Slovin mengemukakan, dalam menentukan
ukuran sampel dapat digunakan rumus:

n = jumlah sampel
N = ukuran populasi
e = batas kesalahan
BAB
III
KESIMPULAN
Diketahui
bahwasanya setiap elemen dari penelitian tidak bisa dipilih secara
sewenang-wenang, tetapi harus direncanakan dan dipertimbangkan harus bagaimana
dari awal sampai akhir, hasil dari perencanaan harus sesuai dengan tujuan.
Pemilihan dari strategi sampling harus diatur oleh kebutuhan. Pilihan tentang
strategi yang dipilih harus dipikirkan sesuai tujuan penelitian, jadwal/waktu
penelitian dan batasan dalam penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan
data, dan metodologi penelitian. Sampling yang dipilih harus sesuai dengan
semua faktor-faktor tersebut, agar dapat mendapat nilai validitas yang baik.
Adapun pertimbangan dalam pemilihan jumlah
sampel adalah
1.
Tujuan penelitian, pertanyaan penelitian
dan desain penelitian
2.
Ukuran populasi
3.
Tingkat kepercayaan dan batas
kepercayaan yang dibutuhkan
4.
Kemungkinan angka respon
5.
Akurasi yang dibutuhkan
6.
Jenis variable yang digunakan
7.
Statistik yang digunakan
8.
Jumlah tingkatan yang dibutuhkan
9.
Jumlah variable yang termasuk didalam
penelitian
10.
Faktor tak tetap ketika penelitian
DAFTAR
PUSTAKA
Donald
Ary, Lucy Cheser Jacobs and Christine K. Sorensen. 2010. Introduction to Research in
Education, Eighth Edition.
Canada: Wadsworth, Cengage Learning
Louis
Cohen, Lawrence Manion and Keith Morrison. 2007. Research
methods in education, third edition. Newyork: Routledge 270 Madison Avenue
Margono .2009. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Nana
Sudjana dan Ibrahim. 2012. Penelitian dan
Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru algensindo
Nana
Syaodih Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sugiyono.
2012. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Alfabeta
Suharsimi
arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Sukardi.
2003. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Wagiran.
2015. Metodologi Penelitian Pendidikan
(Teori Dan Implementasi). Yogyakarta:Budi Utama.
Komentar
Posting Komentar